TIMES NEWS | Pacitan – Gen Z merupakan generasi muda yang labil dalam pemahaman, masih rawan terhadap masukan-masukan pemikiran yang bisa membawa kearah Negatif sehingga dalam membentuk karakter pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus diberikan pemaham yang bisa membentengi diri sendiri untuk bisa membedakan mana yang baik dan benar untuk ke depannya.
Hadir dalam kegiatan tersebut Asisten Pemerintahan Kemal Pandu Pratikna beserta Setda Pacitan, Dandim 0801/Pacitan Letkol Inf.Roliyanto, Doni Nugroho Susanto selaku Kabid Wasnas dan Penanganan Konflik beserta Staf Bidang Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Bakesbangpol Provinsi Jatim, Satgaswil Jatim Densus 88 Dani Teguh Wibowo, Kepala Bakesbangpol Pacitan Munirul Ichwan beserta jajaran, Kasat Intelkam Polres Pacitan Iptu Nurkholis dan Peserta pembekalan Ratusan pelajar dari SMA, SMK,MA se – Kab. Pacitan.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kemal Pandu Pratikna berterimakasih kepada seluruh jajaran Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur yang telah hadir di Pacitan untuk rapat koordinasi pembekalan pelajar anti radikalisme dan terorisme di Kabupaten Pacitan tahun 2024.
“Berorentasi mengenang perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman di Pacitan merupakan salah satu tolok ukur masyarakat Pacitan dalam melestarikan kebersamaan rasa persatuan membangun Pacitan dengan harapan tidak dengan mudahnya masyarakat dan para pelajar terprovokasi untuk menjadi radikalisme.”ucapnya. Selasa, (05/03/2024).
Gayung bersambut Pembekalan Pelajar anti Radikalisme/Terorisme, Doni Nugroho Susanto, Kabid Wasnas dan Penanganan Konflik Bakesbangpol Provinsi Jatim mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan kolaborasi yang semata-mata untuk meningkatkan kerukunan dan perdamaian bangsa indonesia, khususnya para pelajar supaya terhindar dari radikalisme dan terorisme.
“Upaya Pemerintah Provinsi Jatim dalam pencegahan radikalisme dan terorisme antara lain dengan menerbitkan regulasi/ kebijakan serta kolaborasi dengan lembaga/instansi/OPD terkait.” Jelasnya
Upaya-upaya strategis perlu bersama-sama kita lakukan untuk mewujudkan ketahanan nasional melalui aksi-aksi cinta tanah air, rasa bangga terhadap negara kesatuan republik indonesia, hingga turut serta membela negara yang dapat kita wujudkan melalui revitalisasi nilai-nilai pancasila.
Dalam kesempatan baik ini Letkol Inf.Roliyanto Dandim 0801/Pacitan) memberi motivasi kepada anak-anak sebagai generasi penerus sekarang sudah bertarung memikirkan mau kemana mau jadi apa pasti begitu berat di hadapkan dengan kemampuan potensi sumber daya masing-masing dengan kemampuan orang tua lingkungan namun ingat bahwa tidak ada yang tidak mungkin.
“Kami TNI AD sebagai komponen utama didukung komponen pendukung melibatkan sumber daya dan fasilitas prasarana dan prestasi nasional disiapkan untuk mengawal pembangunan yang berjalan agar terus berlanjut dari segala ancaman maupun gangguan dalam dan luar negeri,” terang Dandim 0801/Pacitan.
Penyampaian materi yang ditegaskan oleh pakarnya Dani Teguh Wibowo, SH MH dari Satgaswil Jatim Densus 88/Anti Teror memaparkan, Pacitan sangat kuat kultur budayanya sehingga paham paham radikalisme akan sulit berkembang di Pacitan.
“Radikalisme dan terorisme di Indonesia sudah banyak terjadi dan memakan korban, sebagai pemuda kita tidak boleh hanya melihat bom nya saja, namun dampak sosial yang sangat dirasakan oleh korban, mari kita berjuang melawan radikalisme dan teroris di Indonesia.” Ajaknya.
Ancaman Persatuan Bangsa, terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas yang dapat menimbulkan korban yang bersifat masal, atau menimbulkan kerusakan dan kehancuran terhadap obyek vital.
Perlu diketahui bahwa transformasi organisasi terorisme di Indonesia antara lain Negara Islam Indonesia (NII), Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Anshor Daulah (JAD), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Jamaah Anshorus Syariah (JAS), Jaringan Media Sosial. Serta Program Pok Teror.
“Penyebaran radikalisme diantaranya Kajian-kajian, hubungan kerabat, perkawinan, Ormas, sekolah/Kampus, adanya buku dan tulisan yang massif,
serta medsos yang sulit dikontrol,” ungkapnya lagi
“Fakta-fakta Radikal di kampus terindikasi adanya 17.8% mahasiswa mendukung Khilafah, mendukung terbentuknya negara Islam sebesar 23.5% dan yang menolak pemimpi Non muslim sebanyak 29.5%,” imbuhnya.
Dalam penanggulangan terorisme Perlu adanya Kontra Radikalisasi, Deradikalisasi, Penegakan Hukum harus dilakukan secara bersama sama dan membutuhkan kerjasama seluruh elemen masyarakat sesuai peran masing-masing.
Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah maupun di sekolah.
Ketiganya harus di lakukan secara bersama-sama & membutuhkan kerja sama seluruh elemen masyarakat sesuai peran masing-masing penanggulangan terorisme pungkasnya. (Ans)